“Kamu makin cantik”
“Dan Kamu makin tua”
Keduanya tersenyum, tubuh keduanya makin merapat berpelukan dalam kamar tidur yang hening. Sepuluh tahun menikah dan belum memiliki keturunan tidak meyurutkan cinta keduanya. Pasangan yang berpaut usai lima belas tahun itu masih tetap setia, saling membangunkan saat subuh, siapapun yang bangun lebih dulu selalu menyiapkan sarapan untuk pasangannya. Perasaan keduanya tetap sama seperti saat pertama kali mereka mengucapkan ijab dan kabul.
Mata pasangan itu terpejam, perlahan mereka larut masuk ke alam mimpi masing – masing. Jauh masuk ke dalam kenyataan mimpi.
***
“Rum, sini ini kenalin Kak Tyo yang Bantuin mama di perkebunan. Ini Ningrum, anak bontot tante Yo masih kelas tiga SMP tapi sudah sok dewasa dah gak mau lagi di peluk – peluk” Tawa renyah Ibu Surtini diiringi langkah tergopoh Ningrum dengan wajahnya yang cemberut
“Rum, Kak Tyo ini pinter loh, klo kamu ada tugas matematika, biologi apa aja deh tar minta ajarin dia aja. Kalo dia gak mau tar bagian kebun dia mama potong” lagi – lagi Ibu Surtini tertawa lebar.
“Asal jangan cuma bisa ngajarin masalah alat reproduksi manusia aja ma” Ketus ningrum sambil berlalu.
Ibu Surtini menggeleng
“ya begitu itu nak kelakuannya, tante sampe ampun, guru – guru privat gak ada yang sanggup sama ningrum”
Tyo tertawa
“Oiya, jadi gimana kebun yang di Batuputu? kabarnya ada beberapa pohon yang patah kena angin kenceng kemaren y?”
………………
***
kak krmh ada pr
sender: Ningrum
pr apa?
sender: Tyo
matik
sender: Ningrum
Jam 7 krmh
sender: Tyo
“Rum, kalo tiap hari kamu minta kak Tyo ke rumah, nanti lama – lama dia minta mama bayar per jam. Lebih – lebih dari guru privat”
“Kan dulu mama yang nyuruh, kalo dia minta bayar gak pa pa, biar sekalian ningrum minta ajarin maen gitar”
. . . . . . . . . . . . . .
“Jadi lanjut SMA ke Jogja?”
“Iyalah, selesai ujian langsung berangkat”
“Kenapa gak SMA di sini aja rum?”
“yeee takut kangen y?”
“Dasar anak kecil, orang ngomong serius. Di sana siapa yang ngurusin kamu? bangun aja masih diteriakin dari pintu weee…”
“Bilang aja Kak Tyo takut kalo kangen kejauhan”
“koplak!”
. . . . . . . . . . . . .
hei anak kecil koplak, aku lagi di Jogja
sender: Tyo
ngapain?
sender: Ningrum
eh kmren yg triak2 ditelp nyrh kjogja siapa y?!
dijgja cm mmpir kok, mau ke sby bntr lg jlan
sender: Tyo
yeee gitu ya, awas kalo gak mampir!
sender: Ningrum
hahaha bcnda, gk kmn2 kok di jogja aja
sender: Tyo
aseek, plg sklah jemput y
sender: Ningrum
Males!
sender: Tyo
gitu y! y udah gk usah mampir
sender: Ningrum
haha udah ddpan sklh kok :p
sender: Tyo
>:D< (y)
sender: Ningrum
. . . . . . . .
“Kapan masuk sekolah?”
“minggu depan, semester akhir tar lagi lulus, gak berasa ya kak”
“Kuliah di mana? tetep di jogja?”
“maunya sih ke luar, boleh gak?
“Lah kok nanya saya, yang bayarin emakmu, yang kuliah kamu kok nanya saya”
“Ke Australi aah, biar makin jauh dari orang yang nyebelin”
“siapa?”
“nih yang di samping”
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . .
“Ma, kalo ningrum pacaran sama kak tyo gimana ya?”
“walah ningrum, usia kamu sama dia itu beda jauh, lah pacar kamu sekarang emang kenapa”
“Masih kelakuan abege banget ma, males”
“lah kamu juga kan masih SMA, rum. Gimana sih”
“cuma nanya sih ma”
“Lagian juga Tyo kan nganggep kamu udah adek sendiri, dia juga kalo nyari pacar ya yang sama – sama dewasa, yang siap nikah”
“cuma nanya maaaa, dah gak usah dibahas”
………… ………….. ……….. ….. …………. ….. …………… ………. ….. ………………
anakkecilbawel
BUZZ!!!
BUZZ!!
wwooooiiiiiiiiii makkhhlukkk aneehhhh
Arestyo_profarm
wwooii
anakkecilbawel
paggeeeee dah sarapan blom?
Arestyo_profarm
sarapan palamu peyang, jam berapa ini?!
anakkecilbawel
stgh 7
Arestyo_profarm
kurangin 2 jam dodol
anakkecilbawel
oiya lupa :p dah tdr lg sna eh blm tdr y?
Arestyo_profarm
-_-‘
………………………. ……………….. ……………………………… …………………….. ……………. …………… ……….
“Saya terima nikahnya, Ningrum binti Adiwiguna dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai”
“Bagaimana saksi – saksi?”
“sah”
“Sah”
“Alhamdulillah…..”
*****
“Pagi sayang, subuh, bangun “
Tyo mengerjap, tubuhnya masih lemah. Penyakit hati yang ia idap kembali kumat kemarin, semua urusan kebun terpaksa diserahkan ke mandor kepala, Pak Rahmat, orang kepercayaan Tyo. Ningrum membawa sebaskom air hangat untuk menyeka tubuh suaminya yang belum kuat berdiri.
“mau sarapan apa?”
senyum Tyo mengulas simpul, mata keduanya bertemu. Rasa cinta itu masih menggebu di hati keduanya. Ningrum mengecup pelan dahi suaminya. Mata lelaki 66 tahun itu berkaca – kaca
*****
“Kamu makin keriput”
“Tapi kamu masih cinta kan”
tubuh pasangan itu merapat seperti kedua mata mereka, mencoba untuk terlelap. Mata yang merapat dan cinta mereka yang makin tak terhingga. Subuh nanti salah satu dari mereka akan menyiapkan sarapan dan membangunkan pasangannya dengan kecupan lembut di dahi. Tidak mudah untuk tetap menjaga cinta selama 38 tahun menikah dan tetap tak mendapat keturunan.
—-
“Pagi sayang, mau sarapan apa?”
Tyo mengecup lembut dahi Ningrum, tubuh istrinya dingin. Tyo memejamkan mata, duduk terkulai lemas di samping kasur menggenggam tangan istrinya yang mulai kaku. Ningrum wafat dalam pelukannya, dengan senyum manis yang selalu Tyo ingat sejak pertama menikah.
Dingin angin subuh berdesir di antara daun – daun cendana yang tumbuh mengitari rumah. Rumah mereka yang dibangun di tengah kebun cendana yang sunyi semakin lengang, jangkrik mengeriyap nyaring, memberitakan kedukaan. Langit di ufuk timur mulai memerah.
****
Para pelayat telah lama meninggalkan rumah, beberapa orang tampak sibuk membereskan halaman depan rumah. Tyo merebahkan badan di kasur kamarnya, matanya terpejam, Ia mendekap erat foto Ningrum. Perlahan komposisi Moonlight Sonata dari Beethoven yang di putar Tyo mengalun di dalam kamar itu. Komposisi itu adalah kesukaan Ningrum, Ia suka mendengarkannya di teras belakang rumah setiap sore sambil menuggu suaminya pulang. Tiap sore pula seteko teh hangat menemani Tyo dan Ningrum di teras belakang, menyatukan cinta dan semua harapan mereka.
Moonlight sonata terus mengalun pelan, Tyo seperti merasakan kehadiran istrinya, mendekap hangat tubuhnya yang renta. Menggenggam tangannya yang keriput dengan erat. Bulir air mata Tyo menetes, sebaris doa keluar semoga Tuhan menyatukan mereka kembali dalam hadiratnya kelak, dan tetap bisa menyatukan cinta mereka nanti di surga-Nya.